Hampir semua hal mengalami evolusi. Jika Darwin
telah menulis teori evolusi pada manusia dan diteruskan oleh Harari dalam
bukunya Sapiens dan Deus. Maka, salah satu tokoh ini tidak ingin ketinggalan
untuk mencetuskan teori tentang evolusi juga, Robert Bellah. Populer
dengan nama Robert Nelly Bellah. Ia adalah seorang sosiolog asal Amerika
Serikat.
Sejak kecil, Bellah telah akrab dengan buku dan
alkitab. Tidak heran jika ia tertarik dengan kajian-kajian keagamaan, terutama
keagamaan masyarakat Amerika. Selain itu, Bellah adalah salah satu dari
sekian tokoh yang tertarik untuk merumuskan teori evolusi tentang agama.
Namanya memang tidak tercantum dalam buku Seven Theories of Religion karya
Daniel L. Pals. Namun, teorinya ini cukup berpengaruh di Amerika dan perlu
untuk dikaji lebih dalam.
Seperti halnya Auguste Comte, seorang yang
mendapat julukan Bapak Sosiologi, ia juga membuat hukum tiga tahap perkembangan
manusia. Yang mana ketiganya juga berkaitan dengan kepercayaan masyarakat
seperti yang dikaji Bellah. Namun, baik Comte maupun Bellah tetap saja memiliki
perbedaan. Perbedaannya dapat dilihat, jika Comte dalam hukum tiga
tahapnya menyebut theologis, metafisik dan puncaknya adalah positifistik.
Maka, menurut Taufikurroqim, salah satu
dosen di IAIN Tulungagung, Bellah memiliki empat tahap evolusi agama, yaitu mimetic,
mythical, ethical, dan modernized. Kalau Comte lebih ke telaah generalnya, maka
Bellah lebih tertarik dalam sistem simbol-simbol keagaamnya.
Telah disebut pula dalam Jurnal Multikultural
dan Multireligius [2012, 11 (2)] dengan judul Sosio-Teologis: Memahami Dualitas
Perspektif Pluralisme Agama di Indonesia karya Noor Rachmad, Dosen Universitas
Negeri Jakarta, bahwa arah perkembangan agama dimulai dari simbol yang
sederhana menuju ke simbol yang dapat dideferensiasikan.
Hal inilah yang menyebabkan perubahan dalam
kemampuan keagamaan. Oleh karena itu, dengan simbol yang semakin dideferensiasi
inilah semuanya dapat dipahami dengan mudah. Namun, bukan berarti simbol
yang sederhana tidak lebih baik dari simbol yang terdeferensiasi. Semua simbol
yang diciptakan masyarakat memiliki makna tersendiri.
Lebih jelasnya, mari kita uraikan tahapan
evolusi agama dari Bellah. Pertama, mimetic adalah tahap peniruan atau
cara berinteraksi dengan benda, hewan, tumbuhan. Sebagai contoh, konon
masyarakat primitif menjadikan pohon besar sebagai totem atau simbol. Hal ini
kemudian dikeramatkan oleh masyarakat yang mempercayainya. Inilah suatu bentuk
interaksi yang dimaksud Bellah.
Jangan dikira pada modern ini hal tersebut telah
hilang. Nyatanya, masyarakat Samin di Kendeng masih menjaga hal itu. Mereka
mengeramatkan pohon atau hutan di sana. Selain itu, mereka juga melakukan doa
dan menyajikan sesajen. Inilah suatu bentuk interaksi antara manusia dan alam
dari Kendeng.
Kedua, mythical adalah tahap menarasikan mitos.
Masyarakat pada tahap ini mulai mencoba untuk menarasikan atau menceritakan
tentang peristiwa yang di luar nalar atau sesuatu yang luar biasa. Dengan
adanya narasi mitos, pemahaman masyarakat akan sesuatu yang luar biasa akan
mudah dipahami.
Seperti yang ditulis oleh K. Bertens dalam
bukunya, Filsafat Yunani, bahwa yang melatar-belakangi munculnya filsafat
adalah mitos. Ia menyebar luas dan mengakar kuat dalam benak masyarakat bahkan
hingga sekarang. Apapun yang tidak dapat diterima oleh akal akan selalu
diterjemahkan dengan mitos terdahulu.
Ketiga, ethical adalah tahap berperilaku.
Masyarakat pada tahap ini mulai memperlakukan benda atau apapun yang
dianggapnya luar biasa. Misalnya saja, orang Jawa menganggap keris sebagai
benda yang dikeramatkan. Pada waktu-waktu tertentu keris akan diperlakukan
dengan baik, seperti dimandikan dengan bunga. Selain itu, di Kudus, Jawa
Tengah misalnya, masyarakat Kudus mempercayai bahwa Kebo Kyai Slamet adalah
penentu nasib. Mereka mencoba untuk memperlakukannya dengan baik.
Terakhir, modernized adalah tahap mengembangkan.
Masyarakat mulai lebih rasional. Namun, bukan berarti tahap-tahap sebelumnya
adalah irasional. Tahapan sebelumnya tetap rasional menurut kepercayaan
penganutnya. Hanya saja ditahapan ini, masyarakat lebih menuju ke arah yang
bisa diterima atau disukai banyak orang.
Hal tersebut kebanyakan dialami oleh masyarakat
modern sekarang. Mereka cenderung meninggalkan hal-hal yang menurutnya tidak
masuk akal. Masyarakat ini cenderung mempercayai sesuatu yang empiris dan
ilmiah. Hal ini tentu saja terkecuali bagi masyarakat yang masih menganut
kepercayaan dulu. Semua tahapan di atas tentu tidak bisa dikategorisasikan
berdasarkan waktunya.
Para kritikus pun telah menganggap teori ini
tidak relevan. Namun, teori Bellah ini akan tetap relevan jika tidak dijadikan
suatu tahapan, melainkan kelompok-kelompok. Hal ini dimaksudkan agar tidak
mendiskriminasi tahapan yang oleh sebagian masyarakat dianggap ketinggalan
zaman.
loading...
0 Comments